Pondok pesantren memiliki salah satu peran sentral untuk melakukan pembinaan terhadap generasi muda muslim Indonesia agar mengenal agama secara utuh.
Hal itu diungkapkan Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin saat sambutan pada Pembukaan Muktamar XV Pondok Pesantren As'adiyah 2022 di Lapangan Merdeka Sengkang, Jl Masjid Raya, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, Sabtu (3/12/2022).
Menurut Ma'ruf Amin, pondok pesantren harus mengajarkan ajaran Islam wasathiyah (moderat) secara sejuk dan ilmiah melalui sistem pendidikan dan dakwah.
Sehingga, generasi penerus bangsa dapat memiliki pola pikir yang terbuka dan kontekstual dalam menghadapi perkembangan zaman.
"Itulah mengapa pentingnya pesantren dalam rangka melahirkan Al Mutafaqqihinna fiddin (ahli-ahli ilmu agama Islam). Dan InsyaAllah yang dilahirkan oleh As'adiyah yaitu yang berpikir wasathy moderat. Tidak berpikir tekstual, dan juga tidak berpikir liberal," tuturnya via rilis yang diterima Tribun-Timur.com.
Dalam acara bertema Transformasi Nilai-Nilai Wasathiyah As'adiyah Menuju Indonesia Tangguh dan Bermartabat ini, ia menyampaikan bahwa pola pikir wasathy yang kontekstual adalah cara berpikir yang memiliki metode pemecahan masalah sesuai dengan zamannya.
"Tidak statis, tidak kaku, tidak rigid, tapi juga tidak liberal. Artinya liberal dia memberikan pendapat-pendapat tanpa metode, tanpa batas dan tidak ada patokannya," tegasnya.
"Kita memang merespon, tapi dia harus memahami cara-cara dalam memberikan jawaban-jawaban itu, respon itu. Mampu memberikan solusi-solusi bukan hanya solusi keagamaan tapi juga menyelesaikan masalah kenegaraan," tambahnya.
Dikatakan, pola pikir seperti ini penting untuk diimplementasikan sebab tantangan yang dihadapi setiap hari terus berkembang.
"Peristiwa-peristiwa, kejadian-kejadian, masalah-masalah politik, ekonomi, sosial itu tidak pernah berhenti. Itu harus disikapi, harus diberi jawaban," imbuhnya.
Wapres Ma'ruf Amin pun berpesan agar ajaran nilai-nilai wasathiyah dapat terus diaktualisasi sesuai dengan perkembangan zaman.
Dengan demikian, ia berharap ke depan Indonesia dapat menjadi negara yang tangguh dan bermartabat.
"Berharap nilai-nilai wasathiyah Islam yang khas Indonesia mengikuti dinamika perkembangan zaman, baik di dalam negeri sendiri maupun internasional, untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang tangguh dan bermartabat," pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Pusat Pondok Pesantren As’Adiyah Muhammad Sagena menyampaikan bahwa muktamar merupakan bentuk sebuah proses demokrasi yang dilakukan oleh kalangan pesantren.
Melalui muktamar, seluruh pengurus dan santri dapat berdiskusi untuk mencapai sebuah keputusan yang menjadi kesepakatan bersama.
“Perhelatan akbar demokrasi ala pesantren. Pesantren As’adiyah sebuah demokrasi yang sungguh berdiri," ujarnya.
"Islam memberikan kesempatan kepada seluruh warga termasuk warga pesantren untuk memusyawarahkan, mendiskusikan dan mengambil evaluasi bahkan bisa memberikan masukan dalam melaksanakan program-program terbaik bagi dan kepada permasalahan yang ada,” ungkapnya.
Hadir dalam acara ini diantaranya Bupati Wajo Amran Mahmud, Imam Besar Masjid Istiqlal Nazaruddin Umar, Ketua Umum Pengurus Pusat Pondok Pesantren As’Adiyah Muhammad Sagena, dan para peserta Muktamar ke-XV Pondok Pesantren As’adiyah Tahun 2022.
Sementara wapres didampingi oleh Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, Pangdam XVI/Hasanuddin Totok Imam Santoso, Kapolda Sulawesi Selatan Nana Sujana, dan Kepala Baznas Republik Indonesia Noor Achmad.
0 Komentar