Varian XBB 1.5 Biang Kerok Lonjakan Covid Celum Ada Di RI


 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengklaim mutasi SARS-CoV-2 Omicron subvarian XBB 1.5 belum ditemukan di Indonesia.

Subvarian ini disebut para ahli sebagai salah satu varian paling menular dan saat ini menjadi biang kerok pada tren peningkatan kasus infeksi virus corona di Amerika Serikat (AS).

"Belum ada ya XBB 1.5," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi, Jumat (6/1).

Namun sedari awal Nadia memastikan pemerintah akan terus berupaya mengawasi pintu masuk Indonesia guna meminimalkan persebaran varian-varian baru yang muncul. Ia menyebut pemerintah juga bakal memperkuat pemeriksaan Whole Genome Sequences (WGS) dalam mengidentifikasi varian baru di Indonesia.

"Kalau kasus positif dari luar negeri semua di WGS ya. Ini akan menjadi kewaspadaan, karena kita tahu varian baru memang akan berpotensi untuk terjadinya peningkatan kasus," kata dia.

Tak hanya China yang mengalami tren peningkatan kasus Covid-19 akibat subvarian Omicron BF.7, terkini AS juga tengah diadang subvarian XBB 1.5. Subvarian baru virus corona Omicron itu bahkan dilaporkan sudah menyebar dengan cepat di beberapa negara bagian AS serta puluhan negara lainnya.

Melansir CNN, sepanjang Desember 2022, persentase infeksi baru Covid-19 di negeri paman sama yang disebabkan oleh XBB.1.5 naik dari perkiraan 4 persen menjadi 41 persen. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut subvarian ini telah terdeteksi setidaknya di 29 negara dunia.

"Kami prihatin dengan keunggulan pertumbuhannya. [XBB 1.5] merupakan jenis Omicron yang paling mudah menular hingga saat ini," kata Pimpinan Teknis WHO untuk Covid-19 Maria Van Kerkhove, Rabu (4/1).

"Kami memperkirakan gelombang infeksi lanjutan akan terjadi kembali di seluruh dunia. Tetapi itu tidak harus diterjemahkan menjadi gelombang kematian, karena tindakan pencegahan yang kami lakukan terus berhasil," imbuhnya.

Posting Komentar

0 Komentar